SUARA (Email) seorang Model



Tidak pernah saya mengira bahwa tulisan dan video yang saya buat ternyata bisa membuka beberapa model untuk bersuara. Siang dan sore tadi ada dua email masuk, semuanya dari model yang saling berteman. Mereka ingin suara mereka ditulis di blog ini.

Berikut adalah email pertama yang masuk:

Siang mas radityo, aku baru liat videomu yang di share temenku di facebuk. ternyata ada yang berani frontal seperti itu. salut aku mas. Banyak lho yang sebenarnya sependapat tapi ndak berani bersuara. Model pun juga punya suara yang sama mas, mungkin malu untuk bersuara. aku yakin melalui sampeyan suaraku mungkin bisa didengar. Monggo saja email ini disampaikan, apa di copas ke blog sampeyan juga boleh. Bebas mas. Yang jelas ini suaraku sebagai seorang manusia.
aku bukan dewa, aku juga bukan seorang yang sok suci. ndak ngerti mau mulai dari mana, yang jelas hunting model, apalagi yang seksi, itu, ga bener. aku ini karyawati ngerangkap model dadakan. pengalamanku jadi model di acara-acara hunting model sudah banyak. gini lho, di arena hunting model itu laki-laki semua, mata laki-laki, ada yang nakal ada yang sopan. sering kali FG ambil enggel yang jelas-jelas pengen nunjukin payudaraku. jangan salah, aku di kantor jg blajar komposisi fotografi di internet kantor. jadi aku ngerti sapa yang mau motret nakal sapa yang tidak. memang pas sesi istirahat, ada FG yg sopan nunjukin fotonya, ya saya puji kalo bagus. kadang ya denger kata-kata yg nggak ngenakin sepeti "gede yo" dan semacam itulah. yg paling sering minta pin bbm, sering aku bilangin klo aku ndak punya BB.
dulu pas jaman facebuk belum rame, hunting model ya biasa-biasa aja. kita fun fun aja ama FG, ada yang tua, ada yang muda. jaman sekarang abis hunting model langung aplod di facebuk. tapi ndak tahu ya kok jaman sekarang ini anak2 muda komentarnya di foto model pada ngawur, pada bikin nangis. bayangkan ya klo pantatmu, putingmu, dadamu, dijadikan bahan guyonan, lalu ketawa-ketawa di facebuk, ihhhh jijik tau. pengen muntah bacanya. aku geleng2 kepala tiada henti lho.. temen2ku juga.. coba dibalik, enak ta rasanya dijadikan bahan guyonan? kok tega ya mereka seperti itu kepada kami, cewek2? generasi apa ya mereka ini?
videomu mas, cukup banyak memberi suara kepada kami, para model yang tidak berani bersuara. teriam kasih mas.

Berikut adalah email kedua yang masuk:


Halo mas,
beberapa hari ini aku liat di facebook banyak sekali teman2 fotografer yang share tulisan dan video anda. tulisan mas menurut aku benar apa adanya dan mewakili suara-suara penggiat fotografi di tanah air. tadi ada email dari teman aku ya? baru saja dia wa aku untuk menuliskan pendapat aku ke email mas, dan minta bantuan mas untuk nge-share di blog atau facebook. jadi silahkan saja tulisan aku ini di pindah ke blog agar lebih banyak yang membaca.
Ada beberapa hal mas yang perlu diperhatikan saat berbicara mengenai hunting model. Pertama, realitasnya. Hunting model itu membawa rejeki bagi beberapa orang yang bergelut didalamnya. sehingga ketika anda mengatakan stop hunting model, maka banyak yang berontak. mungkin sewaktu membuat video itu, anda berusaha memunculkan sebuah polemik untuk didiskusikan bersama. Anda berhasil, aku baca-baca malah anda di kick dari satu komunitas. wajar mas dan sabar aja mas. seakan anda itu secara arogan mengeneralisir semua hunting, namun jika melihat video secara utuh, aku ngerti maksud mas bahwa yang di-stop harusnya adalah hunting model yang seksi. dan aku setuju sekali akan hal itu.
Kedua, tren. teman aku yang tadi email mas, itu sudah menjadi model dalam acara-acara hunting model sejak umurnya 19. dia sempet curhat ke aku, dulu sebelum facebook seramai sekarang, dirinya merasa nyaman saja menjadi model dalam acara hunting model. namun saat ini, dirinya lebih sering menolak job tersebut karena muak membaca komentar yang ada di facebook. dan foto yang di share sering kali tanpa persetujuan dia. menurutku ini adalah tren anak muda jaman sekarang, yang kurang bisa menghargai orang lain. tren bahwa dengan fotografi semua model bisa tunduk. itu tidak benar. aku sebagai model profesional sama sekali tidak setuju. hunting model akan tetap menjadi tren ketika tidak ada tawaran aktifitas alternatif lainnya.
Ketiga, masalah eksploitasi. aku sebagai model profesional, tidak pernah beranggapan bahwa fotografer yang ada dihadapanku sedang mengeksploitasi tubuh aku. mengapa? karena ada aspek komunikasi yang jelas antara pekerja profesional. aku mewakili agensiku serta fashion yang aku kenakan, aku dan busana yang aku pakai melebur menjadi satu untuk menciptakan sebuah karakter yang nantinya akan elegan muncul di majalah. syukur kalau aku bisa masuk cover. kebalikannya, di hunting model, adakah model release? aku selalu menekankan kepada temanku itu untuk mendapatkan model release dari penyelenggara. maklum jika teman aku itu merasa di eksploitasi oleh puluhan fotografer yang notabene memotret tanpa etika, tanpa komunikasi tanpa ijin, tanpa teman aku mengetahui foto itu untuk apa. jelas muak aku, ketika teman aku menunjukkan facebooknya yang berisi komentar yang sangat tidak sopan. bahkan ketika teman aku masih mengenakan pakaian lengkap, masih saja mendapat komentar yang, aduhh menurut aku diluar kewajaran. tubuh kami, tubuh perempuan, yang sama-sama ciptaan sang Kuasa, dibuat bahan ketawaan. its so wrong.
Keempat, sok tahu. sepertinya fotografer yang berkomentar ngawur itu sudah seperti manusia yang mendewakan seni. sering berdalih seni dalam foto model seksi. benar-benar sok tau deh. berjubelnya orang seperti ini membuat fotografi portrait di Indonesia tidak kunjung maju. dan justru yang menjadi objek malah adik-adik kelas aku yg ingin belajar jadi model. aduhhhhhh jangan sampe deh...
Jika ada adik-adik kelas aku yang jadi model membaca pesan ini, aku berpesan, jangan sampai harga dirimu dibuat mainan oleh fotografer-fotografer yang ababil. jaga ya privasi kalian, termasuk no hp, pin bb, akun fb serta jangan sungkan untuk meminta model release.
semoga mas bisa ikut menyebarkan suara aku ini.
Terima kasih.

Semoga suara mereka mewakili suara-suara terpendam yang selama ini tidak berani disampaikan.

Salam suara,
Radityo Widiatmojo

Komentar