Belajar Visual dengan Kartu Foto

Nanda senang menempelkan kartu di dinding.
Bayi, bagi sebagian besar peneliti merupakan manusia paling cerdas di muka bumi ini. Pendidikan usia dini menjadi penting. Salah satunya adalah belajar mengenali dan mengidentifikasi. Bayi belajar menyerap dan mengolah informasi yang dia tangkap melalui panca inderanya. Menurut Bryan Kennedy, manusia pada dasarnya menyerap 90% informasi secara visual melalui mata. Oleh karena itu literasi visual penting untuk dikenalkan sejak dini.


Untuk itu saya membuat kartu-kartu dengan gambar-gambar hewan asli dan hewan kartun. Saya sengaja membuat visual dengan gaya yang berbeda namun dengan esensi yang sama. Tujuan saya membuat kartu hewan ini adalah ingin mengetahui bisa nggak ya Nanda mengenali hewan kartun. Saya sengaja mencari gambar hewan kartun yang lucu dan tidak menyerupai aslinya. Artinya gambar kartun tersebut bersifat imajinatif.


Gambar 1 berhasil diidentifikasi dengan menyebut nama gajah, sedangkan gambar 4, 9, 10 berhasil diidentifikasi Nanda sebagai blecip (blacksheep). Gambar 18 dengan waktu yang agak lama berhasil disebut Nanda dengan nama ayam, gambar 21 dengan cepat Nanda berkata japah (jerapah). Yang menarik adalah identifikasi blecip. Kartun yang penampakannya bulat ginuk-ginuk disebut Nanda sebagai blecip. Menurut pengamatan saya selaku ayah dan teman bermain, Nanda sangat suka dengan video Pororo Nursery edisi Blacksheep, bahkan dia hapal intro-nya. Ini artinya pengalaman Nanda melihat sesuatu yang mirip mempengaruhi persepsi atas apa yang Nanda lihat sekarang. Untuk contoh diatas, Nanda lebih mengingat bentuk blacksheep yang bulat ginuk-ginuk.


Pada kartu hewan asli, Nanda berhasil menyebutkan gambar A dengan ayam. Kartu B dan D pun juga diidentifikasi dengan menyebut ayam. Dari sini saya belajar bahwa Nanda mengidentifikasi nama hewan berdasarkan kemiripan. Saya lihat beberapa kali memang kartu bebek dan burung dara secara visual sangat mirip dengan ayam. Berkaki dua, punya paruh, berbulu, serta bentuk fisiknya serupa. Saya tidak pernah menyalahkan apa yang disebut Nanda ketika menunjuk kartu hewan yang dia tempel di dinding. Bagi saya, Nanda selalu benar karena Nanda sedang dalam proses belajar.

Bagi yang mempunyai bayi berumur 1,5 tahun bisa mencoba mainan ini. Menurut pengalaman saya, mainan seperti ini menjadi variasi mainan yang bisa membuat Nanda tidak bosan, karena kartunya bisa ditempel di dinding yang bisa dia jangkau. Ini adalah alternatif pemanfaatan dinding sebagai medium belajar. Nanda sebenarnya mempunyai dinding khusus untuk melukis a.k.a. corat-coret. Dengan kartu ini, Nanda mempunyai dinding baru khusus kartu. Karena direkatkan dengan menggunakan selotip kertas, kartu ini bisa dicabut tanpa merusak cat tembok dan bisa dipindahkan ke dinding lain.

Keuntungan lain dari permainan visual ini adalah tidak memerlukan baterei, bisa disentuh langsung secara fisik bukan melalui layar, serta bisa disobek atau ditekuk-tekuk. Beruntung Nanda suka dengan mainan ini dan tidak ada yang disobek namun banyak yang ditekuk karena Nanda gemes :)

Semoga bermanfaat,
Salam ginuk-ginuk

Komentar