Seorang pengunjung pameran World Press Photo tampak serius mengamati foto karya Bao Tailing. |
Berikut caption dari foto tersebut:
"Argentine player Lionel Messi faces the World Cup trophy during the final ceremony at Maracana Stadium, in Rio de Janeiro, Brazil, on 13 July. Argentina lost to Germany 1-0, after a goal by Mario Götze in extra time. Messi, who is ranked as one of the best footballers in the world, was awarded the Golden Ball, as the tournament’s best player—a decision that sparked controversy, as he had scored no goals in the knock-out stage".
Berdasarkan data dan fakta dari caption yang tertulis, Messi mendapatkan Bola Emas sebagai penghargaan atas pemain terbaik piala dunia walau tidak mencetak satu gol pun. Keputusan ini mengundang kontroversi berbagai kalangan.
Menurut saya, foto ini justru foto yang sangat personal. Meskipun Messi telah memenangkan berbagai gelar bersama Barcelona dan meraih penghargaan pemain terbaik FIFA, namun seorang Messi tetap tidak bisa membawa negaranya menjadi juara. Messi, seorang juara, yang berjuang membawa Argentina menjadi juara, namun sang juara tidak bisa memenuhi hasrat nasionalismenya di ajang Piala Dunia. Kekecewaan tercermin dalam tatapan Messi ke sebuah piala, representasi dari buah perjuangan untuk negeri.
Beruntung saya bisa menyaksikan foto tersebut dalam pameran World Press Photo di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta, pada Sabtu (20 Februari 2016) malam bersama keluarga saya. Anak saya yang berusia 21 bulan senang sekali berada di dalam galeri yang penuh pengunjung. Senang rasanya pula bisa silaturahmi dengan rekan-rekan yang hadir pada saat pembukaan pameran, walau diiringi musik yang volumenya "kebanteren".
Kadir van Lohuizen sedang mengabadikan pembukaan pameran. |
Aduhhhhh Nanda, fotonya tidak boleh dipegang nak!!! |
Suasana ruang galeri. |
Salam hangat,
Radityo Widiatmojo
Komentar